![]() |
| Penawas PAI Drs Muniron MA (tengah) bersama narasumber Dr Duhwi Indartiningsih (kanan) dan ketua KKG PAI Lowokwaru Zainul Qudsi, M.Pd I |
KKG PAI Lowokwaru — Dalam kegiatan Workshop Deep Learning yang digelar oleh Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Lowokwaru di Aula SDN Tunjungsekar 1 (Selasa, 22 Juli 2025). Pengawas PAI Kecamatan Lowokwaru, Drs. Muniron, MA, menyampaikan pesan mendalam mengenai peran strategis guru PAI dalam membentuk generasi berkarakter kuat dan religius.
Dalam sambutannya, Drs. Muniron menegaskan bahwa kompetensi guru PAI bukan hanya sebatas mengajar, namun harus menyentuh berbagai aspek kehidupan. Ada 6 kompetensi utama yang harus dimiliki guru PAI agar mampu membentuk siswa yang utuh, kompetensi tersebut diantaranya:
1. Pedagogik: Menguasai cara mengajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
2. Profesional: Mampu membaca dan menulis Al-Qur'an dengan baik serta mengajarkannya secara benar.
3. Kepribadian: Menjadi uswah hasanah (teladan baik), dari mulai tutur kata, penampilan rapi, hingga akhlak santun.
4. Sosial: Memahami bahwa hidup adalah proses saling membutuhkan, dan guru harus mampu menempatkan diri di tengah masyarakat.
5. Spiritual: Menjaga ibadah secara istiqomah, terutama shalat berjamaah. Beliau mengingatkan hadits Nabi ﷺ:
"لَا فَقْرَ عَبْدٍ"
"Tidak akan dijadikan fakir hamba yang rajin beribadah.”
Juga mengajak para guru untuk membiasakan tirakat seperti puasa sunnah, tahajud, dhuha, dan witir.
6. Leadership: Guru PAI harus mampu menggerakkan lingkungan sekolah agar menciptakan ekosistem Islami. Ini termasuk melibatkan seluruh guru lintas mata pelajaran dalam proses pembinaan karakter.
![]() |
| Pengawas dan narasumber bersama seluruh peserta workshop |
Tafakur: Latihan Hati dan Akal
Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru PAI perlu membiasakan latihan tafakur, yang bisa dilakukan melalui lima cara berikut:
1. Memikirkan ayat-ayat Allah yang tertulis maupun yang tercipta (alam semesta).
2. Mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang sering kali kita lupakan.
3. Merenungkan janji-janji Allah berupa pahala, surga, dan keberkahan hidup.
4. Mengingat ancaman-ancaman Allah, agar tetap waspada dan berhati-hati dalam kehidupan.
5. Menyadari kekurangan diri dalam ibadah, dan terus memperbaiki diri.
Kurikulum Cinta: Pilar Pendidikan Berbasis Hati
Dalam bagian akhir pesannya, Drs. Muniron menekankan pentingnya menghidupkan Kurikulum Cinta dalam pembelajaran PAI. Ia menyebutkan empat dimensi cinta yang harus terus ditanamkan:
1. Cinta kepada Allah dan Rasul
2. Cinta kepada sesama – termasuk mencintai diri sendiri, siswa, dan orang lain
3. Cinta lingkungan – membentuk kesadaran ekologis dan tanggung jawab menjaga bumi
4. Cinta tanah air dan bangsa – menanamkan nasionalisme dan kontribusi positif bagi negeri
Workshop ini tidak hanya memberikan wawasan metodologis, tetapi juga memperkuat ruh dakwah pendidikan Islam. Harapannya, para guru PAI mampu menjadi pilar penting dalam membentuk generasi yang cerdas secara intelektual dan bersinar secara spiritual.
"Guru PAI harus menjadi mata air nilai-nilai keislaman di sekolahnya masing-masing. Mari kita kuatkan akidah, ibadah, dan akhlak anak-anak melalui teladan dan cinta,” tutup Drs. Muniron, MA.
Liputan : Ahmad Afwan Yazid (Sekretaris KKG PAI Lowokwaru)

